Rabu, 22 Februari 2012

Cara Membina Keluarga Bahagia

ALLAH YEHUWA
 ingin kehidupan keluarga Anda bahagia. Firman-Nya, Alkitab, memberikan pedoman bagi setiap anggota keluarga, dengan menguraikan peranan yang Allah inginkan bagi mereka masing-masing. Apabila para anggota keluarga menjalankan peranan mereka selaras dengan nasihat Allah, hasilnya sangat memuaskan. Yesus mengatakan, ”Berbahagialah mereka yang mendengar firman Allah dan memeliharanya!”—Lukas 11:28.
2Kebahagiaan keluarga terutama bergantung pada kesadaran kita bahwa Yehuwa, Pribadi yang Yesus sebut ”Bapak kami”, adalah pemula keluarga. (Matius 6:9) Setiap keluarga di bumi ada karena Bapak surgawi kita—dan Ia pasti tahu apa yang dapat membuat sebuah keluarga bahagia. (Efesus 3:14, 15) Jadi, apa yang Alkitab ajarkan tentang peranan setiap anggota keluarga?

ALLAH ADALAH PEMULA KELUARGA

3Yehuwa menciptakan manusia pertama, Adam dan Hawa, dan mempersatukan mereka sebagai suami dan istri. Ia menaruh mereka di tempat tinggal yang indah, suatu firdaus di bumi—Taman Eden—dan menyuruh mereka mempunyai keturunan. ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi,” kata Yehuwa. (Kejadian 1:26-28; 2:18, 21-24) Ini bukan sekadar dongeng, sebab Yesus membenarkan apa yang dikatakan buku Kejadian tentang awal mula kehidupan keluarga. (Matius 19:4, 5) Meskipun kita menghadapi banyak masalah dan kehidupan sekarang tidaklah seperti yang Allah maksudkan, mari kita lihat mengapa kebahagiaan dalam keluarga tetap bisa kita rasakan.
4Setiap anggota keluarga dapat turut membina keluarga yang bahagia dengan meniru Allah dalam memperlihatkan kasih. (Efesus 5:1, 2) Tetapi, bagaimana kita dapat meniru Allah, sedangkan kita tidak dapat melihat Dia? Kita dapat belajar cara Yehuwa bertindak melalui Putra sulung-Nya yang Ia utus dari surga ke bumi. (Yohanes 1:14, 18) Ketika berada di bumi, Putra ini, Yesus Kristus, meniru Bapak surgawinya dengan begitu persis sehingga orang yang melihat dan mendengarkan Yesus sama seperti berada bersama Yehuwa dan mendengar Dia. (Yohanes 14:9) Karena itu, dengan belajar tentang kasih yang Yesus tunjukkan dan mengikuti teladannya, kita masing-masing dapat ikut mewujudkan keluarga yang lebih bahagia.

ANUTAN BAGI PARA SUAMI

5Alkitab mengatakan bahwa suami harus memperlakukan istrinya dengan cara yang sama seperti Yesus memperlakukan murid-muridnya. Perhatikan petunjuk Alkitab ini, ”Suami-suami, teruslah kasihi istrimu,sebagaimana Kristus juga mengasihi sidang jemaat dan menyerahkan dirinya baginya . . . Dengan cara inilah suami-suami harus mengasihi istri mereka seperti tubuh mereka sendiri. Ia yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri, sebab tidak seorang pun pernah membenci tubuhnya sendiri; tetapi ia memberi makan dan menyayanginya,sebagaimana yang juga Kristus lakukan kepada sidang jemaat.”—Efesus 5:23, 25-29.
6Kasih Yesus bagi sidang jemaat yang terdiri dari murid-muridnya merupakan teladan yang sempurna bagi suami. Yesus ”mengasihi mereka sampai ke akhir”, dengan mengorbankan kehidupannya bagi mereka, meskipun mereka tidak sempurna. (Yohanes 13:1; 15:13) Demikian pula, para suami didesak, ”Teruslah kasihi istrimu dan janganlah marah dengan sengit kepada mereka.” (Kolose 3:19) Apa yang akan membantu suami menerapkan nasihat tersebut, terutama sewaktu istrinya sesekali bertindak tidak bijaksana? Ia perlu ingat bahwa ia sendiri juga berbuat salah, dan apa yang harus ia lakukan untuk mendapat pengampunan Allah? Ia harus mengampuni orang yang berdosa terhadapnya, termasuk istrinya. Tentu, istrinya harus melakukan hal yang sama. (Matius 6:12, 14, 15) Itulah sebabnya ada yang mengatakan bahwa perkawinan yang sukses adalah perpaduan dua orang yang suka mengampuni.
7Para suami sebaiknya juga memperhatikan bahwa Yesus selalu bertimbang rasa terhadap murid-murid-Nya. Ia mempertimbangkan keterbatasan dan kebutuhan fisik mereka. Misalnya, ketika mereka lelah, ia mengatakan, ”Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi dan beristirahat sedikit, kita saja.” (Markus 6:30-32) Timbang rasa yang penuh pengertian juga layak diberikan kepada istri. Alkitab menggambarkan istri sebagai ”bejana yang lebih lemah” dan kepadanya suami diperintahkan untuk memberikan ”kehormatan”. Mengapa? Karena baik suami maupun istri sama-sama mendapat ”perkenan yang tidak selayaknya diperoleh berupa kehidupan”. (1 Petrus 3:7) Para suami hendaknya ingat bahwa yang membuat seseorang berharga bagi Allah adalah kesetiaan, bukan apakah ia pria atau wanita.—Mazmur 101:6.
8Alkitab mengatakan bahwa suami ”yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri”. Alasannya adalah, seperti yang Yesus nyatakan, seorang pria dan istrinya ”bukan lagi dua, melainkan satu daging”. (Matius 19:6) Jadi, hasrat seksual hanya boleh ditujukan kepada teman hidupnya sendiri. (Amsal 5:15-21; Ibrani 13:4) Hal itu dapat dilakukan jika mereka memedulikan kebutuhan teman hidup mereka, bukan kebutuhan diri sendiri saja. (1 Korintus 7:3-5) Pengingat ini patut diperhatikan: ”Tidak seorang pun pernah membenci tubuhnya sendiri; tetapi ia memberi makan dan menyayanginya.” Para suami harus mengasihi istri mereka seperti diri sendiri, sambil mengingat bahwa mereka bertanggung jawab kepada Yesus Kristus, kepala mereka.—Efesus 5:29; 1 Korintus 11:3.
9Rasul Paulus menyebutkan ’kasih sayang yang lembut yang dimiliki Kristus Yesus’. (Filipi 1:8) Kelembutan Yesus adalah sifat yang menyegarkan, sifat yang menyukakan hati para wanita yang menjadi murid-muridnya. (Yohanes 20:1, 11-13, 16) Memang, istri mendambakan kasih sayang yang lembut dari suaminya.

TELADAN BAGI PARA ISTRI

10Keluarga adalah suatu organisasi, dan agar berjalan lancar, dibutuhkan seorang kepala. Yesus pun harus tunduk kepada Pribadi yang menjadi Kepalanya. ”Kepala dari Kristus adalah Allah”, demikian pula, ”kepala dari seorang wanita adalah pria”. (1 Korintus 11:3) Ketundukan Yesus kepada Allah sebagai Kepalanya merupakan teladan yang bagus, sebab kita semua harus tunduk kepada orang yang menjadi kepala kita.
11Karena tidak sempurna, pria bisa saja berbuat salah dan sering kali bukan kepala keluarga yang ideal. Maka, apa yang harus dilakukan istri? Ia tidak boleh meremehkan apa yang dilakukan suaminya atau mencoba mengambil alih kedudukannya sebagai kepala. Seorang istri sebaiknya ingat bahwa dalam pandangan Allah, roh atau pembawaan yang tenang dan lembut itu sangat berharga. (1 Petrus 3:4) Dengan memperlihatkan hal itu, ia akan merasa lebih mudah untuk menunjukkan ketundukan yang saleh, bahkan di bawah keadaan yang sulit. Selanjutnya, Alkitab mengatakan, ”Istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.” (Efesus 5:33) Namun, bagaimana jika suaminya tidak menerima Kristus sebagai Kepalanya? Alkitab mendesak para istri, ”Tunduklah kepada suamimu, agar jika ada yang tidak taat kepada firman itu, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka, karena telah menjadi saksi mata dari tingkah lakumu yang murni yang disertairespek yang dalam.”—1 Petrus 3:1, 2.
Teladan apa yang Sara berikan bagi para istri?
Sara berbicara dengan Abraham
12Entah suaminya seiman atau tidak, istri boleh dengan bijaksana menyatakan pendapat yang berbeda dengan pendapat suaminya. Hal itu tidak berarti ia tidak menghormati suaminya. Sudut pandangannya bisa jadi benar, dan seluruh keluarga bisa mendapat manfaat jika suami mendengarkan istrinya. Ketika Sara, istri Abraham, menyarankan penyelesaian yang praktis untuk suatu problem rumah tangga, Abraham tidak sependapat dengannya. Tetapi, Allah mengatakan kepada Abraham, ”Dengarkanlah perkataannya.” (Kejadian 21:9-12) Tentu saja, apabila suami membuat keputusan akhir yang tidak bertentangan dengan hukum Allah, istrinya harus tunduk dengan mendukung keputusannya.—Kisah 5:29; Efesus 5:24.
13Dalam memenuhi peranannya, istri dapat melakukan banyak hal untuk mengurus keluarganya. Misalnya, Alkitab menunjukkan bahwa wanita yang sudah menikah harus ’mengasihi suami mereka, mengasihi anak-anak mereka, berpikiran sehat, murni, giat melakukan pekerjaan rumah tangga, baik, tunduk kepada suami mereka’. (Titus 2:4, 5) Apabila seorang wanita melakukan hal itu sebagai istri dan ibu, ia akan terus disayangi dan dihormati keluarganya. (Amsal 31:10, 28) Tetapi, karena pernikahan adalah perpaduan dua orang yang tidak sempurna, problem yang serius bisa jadi mengarah ke perpisahan atau perceraian. Alkitab mengizinkan perpisahan karena keadaan tertentu. Namun, perpisahan tidak boleh dianggap enteng, sebab Alkitab memberikan nasihat, ’Seorang istri janganlah pergi dari suaminya dan seorang suami janganlah meninggalkan istrinya.’ (1 Korintus 7:10, 11) Dan, dasar Alkitab untuk perceraian hanyalah percabulan yang dilakukan oleh teman hidup.—Matius 19:9.

TELADAN YANG SEMPURNA BAGI ORANG TUA

14Yesus memberikan teladan yang sempurna bagi para orang tua dalam cara ia memperlakukan anak-anak. Ketika orang-orang mencoba mencegah anak-anak kecil mendekati Yesus, ia mengatakan, ”Biarkan anak-anak kecil itu datang kepadaku; jangan mencoba menghentikan mereka.” Alkitab mengatakan bahwa ia kemudian ”merangkul anak-anak itu serta memberkati mereka, sambil meletakkan tangannya ke atas mereka”. (Markus 10:13-16) Karena Yesus meluangkan waktu untuk anak-anak kecil, tidakkah Anda seharusnya melakukan hal yang sama bagi putra-putri Anda? Mereka membutuhkan banyak waktu Anda, bukan hanya sedikit-sedikit. Anda perlu meluangkan waktu untuk mengajar mereka, sebab itulah yang Yehuwa perintahkan kepada para orang tua.—Ulangan 6:4-9.
Pelajaran apa yang dapat diperoleh orang tua dari cara Yesus memperlakukan anak-anak?
1. Yesus berbicara dengan anak-anak; 2. Ayah berbicara dengan putranya
15Seraya dunia ini semakin bejat, anak-anak membutuhkan orang tua yang akan melindungi mereka dari orang-orang yang mencoba merusak mereka, seperti para pemerkosa anak. Perhatikan bagaimana Yesus melindungi murid-muridnya, yang dengan penuh kasih sayang ia sebut ”anak-anak kecil”. Ketika ia ditangkap dan tidak lama lagi akan dibunuh, Yesus mengatur agar mereka dapat selamat. (Yohanes 13:33; 18:7-9) Sebagai orang tua, Anda perlu waspada terhadap upaya si Iblis untuk merusak anak-anak kecil Anda. Anda perlu memberi mereka peringatan di muka.* (1 Petrus 5:8) Keselamatan mereka secara fisik, rohani, dan moral sekarang sangat terancam, lebih dari yang sudah-sudah.
16Pada malam sebelum Yesus mati, murid-muridnya bertengkar tentang siapa yang lebih besar di antara mereka. Yesus tidak marah kepada mereka, tetapi dengan penuh kasih terus menyadarkan mereka melalui perkataan dan teladan. (Lukas 22:24-27; Yohanes 13:3-8) Jika Anda adalah orang tua, dengan cara apa saja Anda dapat mengikuti teladan Yesus sewaktu mengoreksi anak-anak Anda? Memang, mereka perlu disiplin, tetapi itu harus diberikan sampai ”taraf yang patut” dan jangan sewaktu Anda sedang marah. Anda tentu tidak akan berbicara tanpa dipikir ”bagaikan dengan tikaman-tikaman pedang”. (Yeremia 30:11; Amsal 12:18) Disiplin harus diberikan dengan cara yang benar sehingga anak Anda belakangan akan menyadari betapa benarnya disiplin itu.—Efesus 6:4; Ibrani 12:9-11.

ANUTAN BAGI ANAK-ANAK

17Apakah anak-anak dapat belajar dari Yesus? Ya, tentu! Melalui teladannya sendiri, Yesus menunjukkan cara anak-anak harus menaati orang tua mereka. ”Aku berbicara,” katanya, ”sebagaimana telah diajarkan Bapak kepadaku.” Ia menambahkan, ”Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan dia.” (Yohanes 8:28, 29) Yesus patuh kepada Bapak surgawinya, dan Alkitab menyuruh anak-anak menaati orang tua mereka. (Efesus 6:1-3) Meskipun Yesus adalah anak yang sempurna, ketika berada di bumi ia menaati orang tuanya, Yusuf dan Maria, yang tidak sempurna. Hal itu tentu menghasilkan kebahagiaan bagi setiap anggota keluarga Yesus!—Lukas 2:4, 5, 51, 52.
18Dengan cara apa saja anak-anak dapat meniru Yesus dan membuat orang tua mereka bahagia? Memang, anak-anak mungkin kadang-kadang merasa sulit untuk menaati orang tua mereka, tetapi itulah yang Allah inginkan. (Amsal 1:8; 6:20) Yesus selalu menaati Bapak surgawinya, bahkan dalam keadaan sukar. Pada suatu waktu, Allah ingin agar Yesus melakukan sesuatu yang sangat sulit. Yesus mengatakan, ”Singkirkanlah cawan ini [yaitu suatu tuntutan tertentu] dariku.” Meskipun demikian, Yesus melakukan apa yang Allah minta, karena ia sadar bahwa Bapaknya tahu apa yang terbaik untuknya. (Lukas 22:42) Dengan belajar taat, anak-anak akan membuat orang tua dan Bapak surgawi mereka sangat bahagia.#—Amsal 23:22-25.
Apa yang harus dipikirkan anak-anak apabila mereka digoda?
Anak laki-laki menolak godaan dari teman-teman sekelas
19Si Iblis menggoda Yesus, dan kita dapat yakin bahwa ia juga akan menggoda anak-anak untuk melakukan apa yang salah. (Matius 4:1-10) Setan si Iblis menggunakan tekanan dari teman-teman, yang bisa sulit untuk ditolak. Maka, betapa pentingnya bagi anak-anak agar tidak bergaul dengan orang yang melakukan hal-hal yang salah! (1 Korintus 15:33) Dina, putri Yakub, bergaul dengan orang-orang yang tidak menyembah Yehuwa, dan hal itu menimbulkan banyak masalah. (Kejadian 34:1, 2) Pikirkan kepedihan yang bisa dirasakan seluruh keluarga jika salah satu anggotanya melakukan amoralitas seksual!—Amsal 17:21, 25.

KUNCI MENUJU KEBAHAGIAAN KELUARGA

20Masalah-masalah dalam keluarga lebih mudah diatasi apabila nasihat Alkitab diterapkan. Sebenarnya, menerapkan nasihat tersebut adalah kunci menuju kebahagiaan keluarga. Jadi, suami, kasihilah istri Anda, dan perlakukan dia seperti Yesus memperlakukan sidang jemaatnya. Istri, tunduklah kepada suami Anda sebagai kepala, dan ikutilah teladan istri yang cakap yang diuraikan di Amsal 31:10-31. Orang tua, latihlah anak-anak kalian. (Amsal 22:6) Ayah, ’pimpinlah rumah tangga Anda dengan cara yang baik’. (1 Timotius 3:4, 5; 5:8) Dan, anak-anak, taatilah orang tuamu. (Kolose 3:20) Dalam keluarga, tidak ada seorang pun yang sempurna, sebab semua berbuat salah. Maka, kalian harus rendah hati dengan saling meminta maaf.
21Sesungguhnya, Alkitab memuat banyak sekali nasihat dan petunjuk yang berharga tentang keluarga. Selain itu, Alkitab mengajar kita tentang dunia baru Allah dan firdaus di bumi yang dipenuhi dengan orang-orang bahagia yang menyembah Yehuwa. (Penyingkapan 21:3, 4) Alangkah menakjubkan masa depan yang terbentang di hadapan kita! Sekarang pun kita dapat menikmati kebahagiaan dalam keluarga dengan menerapkan petunjuk Allah yang terdapat dalam Firman-Nya, Alkitab.


Tips Cara Membuat Keluarga Yang Harmonis, Bahagia Lahir Batin

Pria dan wanita yang sudah menikah wajib menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga dengan cara yang baik tanpa kekerasan. Oleh sebab itu dari awal memilih pasangan hidup jangan asal pilih saja karena semua itu akan menentukan kondisi rumah tangga kita kelak. Memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia adalah impian semua orang.
Berikut di bawah ini adalah beberapa trik untuk membuat keluarga dan rumah tangga yang bahagia dengan pasangan kita suami atau isteri sayang dan cinta kepada kita :
1. Jujur Apa Adanya dan Terbuka Pada Keluarga
2. Ciptakan Kondisi Yang Menyenangkan
3. Tidak Emosi dan Banyak Menuntut
4. Mengutamakan Kebersamaan Keluarga
5. Membuat Komitmen Jangka Panjang
6. Bijak dan Tegas Dalam Menghadapi Masalah
7. Keluarga Yang Soleh dan Memegang Teguh Agama
8. Perhatian Penuh Ke Anak dan Masa Depannya
9. Hidup Sederhana dan Tidak Mengejar Harga Semata
10. Peka Pada Lingkungan Sekitar dan Hidup Bersosial
11. Tidak Membawa Masalah Kantor Ke Rumah
12. Membiasakan Gaya Hidup Sehat Pada Keluarga
13. Saling Membantu dan Tolong Menolong
14. Tidak Otoriter dan Mengutamakan Musyawarah
15. Memilih Lokasi Tempat Tinggal Yang Baik
16. Menjalin Ikatan Silaturahmi Keluarga Dengan Baik
Semoga tips singkat ini memberikan manfaat bagi kita semua.

tidak ada keluarga yang bahagia di muka bumi ini (benarkah?)

keluarga bahagia | pasangan bahagiaSaya pernah mendengar kalimat di atas ini. Apakah Anda pernah mendengarnya? Sungguh sangat menyedihkan bila memiliki keyakinan seperti ini. Sudah tentu orang yang memiliki pemahaman dan kepercayaan seperti ini akan sangat sulit meraih kebahagiaan karena dia sendiri sudah memberikan blok / pembatas kebahagiaan secara tidak ia sadari. 
Bapak dan Ibu yang budiman, saya berharap Anda tidak memiliki keyakinan seperti di atas. Banyak sekali kok keluarga bahagia di muka bumi ini. Saya banyak melihat pasangan yang sudah tua namun mereka masih amat mesra satu sama lainnya, masih berpegangan tangan saat berbelanja di supermarket, berpelukan saat naik tangga elevator, dan sebagainya. Mereka akrab bersama anak-anaknya saat bercanda di beranda hotel, di restoran-restoran, di rumah-rumah makan, dan di mal-mal. Anak-anaknya pun saling akrab satu sama lainnya. 

Jadi bukan adalah hal yang sangat mungkin bahwa Anda bisa meraih kondisi keluarga yang bahagia, dan lebih spesifiknya pasangan bahagia. Mengapa demikian? Menurut saya hal ini bukanlah kondisi ideal, melainkan sangat mungkin dicapai. Apakah Anda masih belum yakin?

Pembaca yang budiman, keluarga dan pasangan bahagia tidak berarti tidak ada masalah. Ini yang mesti kita tanamkan dalam hati kita. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hidup ini adalah selalu ada masalah. Setiap kita akan menghadapi masalah. Hanya yang telah menghembuskan nafas terakhirlah (maaf ya) yang sudah selesai dengan urusan dunia -- dan tidak ada masalah lagi. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana kita menyikapi hidup kita ini serta mengisinya untuk kebaikan diri dan bersama.

Keluarga dan pasangan bahagia tidak berarti bahwa tidak pernah akan ada pertengkaran / perselisihan. Kalau kita perhatikan secara seksama, bila diselesaikan dengan baik, perselisihan ini justru lebih mempererat hubungan antar mereka. Karena masing-masing menjadi lebih saling mengerti apa yang diinginkan oleh pihak lain. Selain itu, kita mesti memiliki kepercayaan bahwa setiap kesulitan pasti diiringi oleh kemudahan / solusi.

Keluarga dan pasangan bahagia tidak berarti bahwa tidak pernah ada friksi antar individu. Setiap orang meski masih usia balita sekalipun pasti memiliki keinginan untuk dipenuhi. Setiap orang meski sudah sepuh sekalipun pasti masih memiliki pengharapan terhadap orang lain. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah saling pengertian antar individu dalam keluarga tersebut. 

Berikut ini adalah beberapa tips keluarga bahagia yang menurut saya fundamental untuk kita jalankan:

1. Penuhi hari-hari keluarga Anda dengan senyum. Tiada hari tanpa senyum (tapi jangan senyum sendirian tanpa sebab ya...). Untuk tersenyum, diperlukan ribuan sel dan otot pada wajah yang terlibat dalam satu aktivitas sederhana ini. Dengan tersenyum baik kepada diri sendiri - di depan cermin akan lebih terlihat - serta kepada orang lain, akan membuat kita tampil lebih bahagia serta menularkan kebahagiaan ini kepada orang lain.

2. Yakini hari-hari Anda dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemberi. Anda telah diberikan banyak karunia serta pemberian yang tidak terhitung jumlahnya. Yakinlah bahwa apa yang telah dimiliki hari ini adalah yang terbaik yang bisa kita dapatkan. Dengan demikian, kita akan senantiasa berterima kasih kepada Tuhan serta kepada keluarga yang telah mendampingi kita selama ini.

3. Tanamkan ke dalam diri bahwa diri Anda dan keluarga Anda adalah manusia dan keluarga terbaik yang pernah kita miliki seumur hidup Anda. Dengan menanamkan pengertian seperti ini, maka dada kita akan dipenuhi dengan kebanggaan kepada diri sendiri serta semangat untuk terus menjaga status terbaik ini dengan penuh rasa suka cita.

4. Penuhi keluarga Anda dengan saling hormat satu sama lain agar terjalin komunikasi yang baik dan lancar, meski dengan anak Anda yang masih balita sekalipun. Tahukah Anda bahwa mereka adalah perekam ingatan terbaik? Bila Anda tanamkan kepada mereka rasa respek, saling menyayangi serta hormat satu sama lain, Anda sedang mencetak calon pengisi keluarga masa depan yang berbahagia pula!

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana tips / cara membuat pasangan bahagia. Tentu saja selain hal-hal yang saya sebutkan di atas, dan artikel lain Kebahagiaan serta Tips & Cara Hidup Bahagia, berikut ini akan lebih spesifik terhadap Anda dan pasangan Anda, tentunya.

1. Mengerti apa keinginan pasangan Anda. Bukan hanya sekedar dihafalkan, melainkan dimengerti apa, mengapa, dan bagaimana pasangan Anda ingin diperlakukan, didengarkan, serta dimanjakan. Hal inilah yang akan membuat Anda pasangan yang saling mengerti satu sama lain.

2. Mengerti apa bahasa cinta pasangan Anda. Apakah sentuhan fisik, pujian dan sanjungan, hadiah yang dia sukai, atau kebersamaan Anda bersama pasangan Anda? Hal ini merupakan faktor efektivitas hubungan yang sangat penting. Bayangkan bila pasangan Anda sebenarnya memiliki bahasa cinta hadiah, namun yang senantiasa Anda berikan adalah pujian betapa ganteng / cantiknya Anda. Awalnya cukup menyenangkan, namun kebutuhan dasar Anda akan hadiah tidak terpenuhi.

Nah, pembaca yang budiman. Semoga apa yang telah saya sampaikan di atas dapat menjadi pemicu awal bagi kebahagiaan  Anda dan keluarga Anda ataupun agar terwujud pasangan-pasangan bahagia di muka bumi ini. Yakinlah!

                                               E   RICK NACK RADJAGUKGUK